Hasil Review e-Learning Fisika


Hari ini (Rabu–29 Okt 2014, pas postingan ini dituliskan), saya harus presentasi tentang e-learning yang tim saya kembangkan. Kesan pertama yang saya dapatkan adalah kekacauan. Mulai dari saya yang lupa mematikan nada panggil telepon (presentasi terganggu karena ada rekan dosen yang harus presentasi setelah saya ingin menanyakan beberapa hal tentang presentasi yang akan tim saya bawakan) sampai pada hal teknis seperti speaker dan saklar.

Speaker yang disediakan tidak bisa berfungsi di laptop saya. Belum lagi, saklar bawah tanah tidak bisa digunakan kecuali dengan paksaaan. Sangat menyayangkan panitia yang kali ini tidak menyediakan hal yang “lebih layak” seperti biasanya.

Dan… yah, overall… hasil dari review memang ada kritik yang membangun dan demi kemajuan hal yang kami kembangkan. Tapi yang lebih terasa sampai sekarang oleh saya hanya rasa kesal dan uhmmm… rasa marah (?)

Reviewer tim saya pagi itu adalah Pak Arif, Bu Rina dan Pak Adi. Pak Arif memberikan komentar dan masukan sebagai berikut:

  1. Untuk memikirkan penyelesaian dari beberapa hal yang belum diselesaikan.
  2. Bagaimana review menjadi umpan balik yang maksimal, berhubung review-nya belum maksimal. Terkait juga tentang kelas yang belum dilangsungkan di semester ini (Fisika di FIT dibuka di semester genap, padahal membuat konten ada di semester ganjil).
  3. Strategi delivery ketika kelas berjalan
  4. Environment untuk membuka konten yang sudah diproduksi.

Kritik yang sangat membangun…. terkait hal ini, memang harus diakui hal di atas belum maksimal. Terlebih kuliah Fisika tidak bisa dilangsungkan. Saya dan ketua tim e-learning Fisika sudah menyurati pihak Bagian Pengembangan Akademik (BPA) terkait keberadaan kelas yang tidak exist di semester ini. Tetapi karena tidak ada balasan apa pun, tim kami berinisiatif untuk berusaha maksimal, toh masih bisa digunakan di semester berikutnya untuk membantu pemahaman dari mahasiswa.

Review dari Bu Rina tidak terlalu banyak, karena Bu Rina ada keperluan lain di tengah presentasi, sehingga harus meminta ijin kepada Pak Adi untuk tidak menyelesaikan tugasnya memberi review pada tim kami.

Dan review dari Pak Adi, hal inilah yang kami dapatkan:

  1. Tekankan bagian tujuan pembelajaran di awal. Jangan menjadikan tujuan menjadi sebuah menu, karena menu itu bersifat pilihan, dan tujuan pembelajaran bukan bersifat pilihan (terdapat juga komentar Bu Rina untuk kritik ini).
  2. Diskusi dengan dosen fisika di prodi lain untuk mengkomunikasikan konten.
  3. Hal yang paling penting adalah kontinuitas materi. Jangan mengajarkan setiap materi dengan sifat terpisah.

Well, seperti yang bisa dibaca dari kritik di atas, komentar Pak Adi lebih ke mempertanyakan kualifikasi seorang dosen untuk merancang materi. Dalam hal ini, saya merasa ketua tim saya sangat tertohok. Karena beliau harus mengakui bahwa beliau tidak pernah menyampaikan hal-hal di atas. Karena saya juga seorang dosen, hal ini pun menyadarkan saya.

Faktanya, saya juga tidak pernah menyampaikan tujuan perkuliahan di awal, selain menyatakan kalau seorang programmer harus mengetahui hal dasar yang akan saya berikan di kelas (walau semester ini saya mengabaikan hal itu). Untuk point kedua, bukan masalah… dosen algoritma dan hal-hal terkait pemrograman sering berdiskusi tentang teknologi di luar sana. Sayangnya, sejak ruang dosen LB dipindah ke lantai dasar, saya merasa hal ini jarang terjadi. Karena, update teknologi, selalu saya dapat dari mereka yang memang menjadi “profesional” di luar sana selain menjadi dosen. Sedangkan dosen staff, biasanya lebih terikat urusan administratif dan hal-hal strategis untuk menjalankan institusi.

Dan itulah review yang saya juga tim saya dapatkan. Khusus saya, karena saya fokus kepada pengembangan modul multimedianya, saya mendapat review seperti ini:

  1. Modul multimedia lebih fokus pada artistik dan bukan pada konten
  2. Bagaimana assessment terhadap materi dilakukan?
  3. Ukuran modul multimedia yang disediakan terlalu besar, dan format slidenya apakah didukung?
  4. Bagaimana integrasi dengan idea (dan juga mempertanyakan saya yang menyebut Aquarius).

Hal-hal di atas memang menjadi tanggung jawab saya sebagai PIC dari pengembang multimedia. Untuk point pertama, saya akui memang saya lebih fokus pada tampilan dan konsep yang ditampilkan… Harus lebih banyak belajar untuk menggabungkan keduanya.

Untuk point kedua, assessment yang dirancang berbentuk self assessment. Tapi hal ini sepertinya tidak memuaskan Pak Adi yang sepertinya berkeinginan agar mahasiswa melakukan assessment online. Terkait hal ini, saya berkelit tentang keberadaan blended learning. Bukannya kenapa2… tapi saya pernah menanyakan di awal tentang kemungkinan assessment online pada aplikasi e-learning oleh tim sisfo (mengingat soal essay atau isian pada mata kuliah Fisika membutuhkan penggunaan simbol2 khusus). Dan saya juga sudah menegaskan untuk assessment, tim kami hanya menyediakan soal. Bukan aplikasi web tersendiri, karena fokus pengembangan yang kami lakukan lebih ke konten.

Tentang ukuran modul multimedia, Pak Adi menanyakan ukuran file yang terlalu besar. Bagaimana jika tim sisfo memberikan batas upload konten pada tim kami? Dan terkait integrasi apakah sudah ditanam di igracias? Untuk dua hal tersebut, saya sudah menegaskan bahwa saya pernah menanyakan hal tersebut di awaaaaal sangadh! Tentang banyak hal sudah saya tanyakan di awal. Tentang ukuran yang diperbolehkan, format yang digunakan, resolusi dalam menampilkan dan hal-hal terkait lainnya. Tim sisfo menjawab dengan kata-kata: “Akan kami beritahukan”. Walaupun sampai deadline pengerjaan, hal itu tidak kami terima. Dan terkait integrasi, gambar inilah yang kami terima saat membuka igracias bagian e-learning:

Aquarius

Pertanyaan Pak Adi benar-benar membuat saya merasa “sesuatu”, karena seolah-olah beliau menilai bahwa saya tidak serius menggarap e-learning. Walaupun ketika saya mulai menjawab dengan kepanikan dan pertahanan diri yang menjadikan saya terkesan arogan, Pak Adi akhirnya menyudahi omelan saya dengan perkataan “Bagus… Bagus.. Bagus kok”.

Hhhh… saya hanya bisa menghela napas panjang.

Saat itu, saya merasa sebagai mahasiswa yang membuat tugas yang diberikan dosennya. Mahasiswa menanyakan tentang spek tugas yang diberikan, lalu sang dosen menjawab “Udah, kerjain aja dulu… spek khususnya belakangan”. Dan ketika tugas sudah dikumpulkan, sang dosen merasa tidak puas dengan hasil kerja mahasiswanya karena tidak sesuai dengan yang diinginkan. Begitulah kesan yang saya dapatkan.

Dan begitulah hasil review akhir dari pembuatan e-learning fisika. Review di atas sangat bisa saya terima jika disampaikan di review progress, karena saya bisa belajar banyak darinya. Tapi, ketika disampaikan di akhir, saya merasa yang telah saya kerjakan adalah kesia-siaan belaka.

Hal yang membuat saya jadi sangat terpuruk hari ini, bahkan saya harus menunda jam masuk saya sekitar 30 menit ke kelas dengan alasan memberikan kesempatan pada mahasiswa untuk beribadah atau makan siang (jam masuk jam 11.30), padahal aslinya.. itu kesempatan saya untuk mengatur emosi, agar tidak “meledak” di kelas.

Yah.. begitulah hasil review e-learning. Saya tidak tahu kelanjutannya seperti apa setelah ini… karena untuk sementara, saya tidak mau berurusan dengan hal ini. Ngambek? Pundung? Gak terima? Hmmm.. mungkin.. tapi memang faktanya, kalo saya butuh waktu.